Kelenteng Hoo Tong Bio Situs Peninggalan Sejarah di Banyuwangi

  • Whatsapp

Banyuwangi – Tempat Ibadat Tri Darma yang lebih dikenal dengan Kelenteng Hoo Tong Bio, adalah sebuah bangunan kuno yang diperkirakan dibangun pada tahun 1784. Bangunan kuno yang berada di Jalan Ikan Gurami Kelurahan Karangerjo, Banyuwangi, ini juga dianggap sebagai tonggak keberadaan dan perkembangan etnis Tionghoa di Banyuwangi. Sebagaimana tertulis didalam Babad Notodiningratan,  etnis Tionghoa mulai menetap di Blambangan sekitar tahun 1631. Namun perpindahan massif ke Banyuwangi diduga kuat baru terjadi pada tahun 1740.

Kelenteng Hoo Tong Bio didirikan sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa seorang Kapiten yang bernama; Tan Hu Cin Jin. Tan Hu Cin Jin adalah Orang Mulia yang menyelamatkan etnis Tiong Hoa di Blambangan pada masa-masa kolonialisme. Dikisahkan, Tan Hu Cin Jin yang berarti ‘Manusia Sejati Tan’ ini berasal dari Chaozhou di Provinsi Guangdong.

Konon, ketika terjadi pembantaian etnis Tionghoa di Batavia pada tahun 1740, mendorong orang-orang Tionghoa melarikan diri ke berbagai daerah. Kala itu, ketika Tan Hu Cin Jin dan para pendukungnya memimpin pelarian orang-orang Tionghoa, kapalnya terdampar hingga akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di Blambangan.

Saat di Blambangan, konon Tan Hu Cin Jin dipercaya sebagai arsitek Pembangunan Kerajaan Blambangan yang baru di Macan Putih. Namun setelah terjadi konflik dengan Kerajaan Mengwi, Tan Hu Cin Jin memilih tinggal di Puncak Sembulungan dan kemudian ‘moksa’ menjadi pelindung bagi orang-orang Tionghoa di Blambangan. Atas jasa-jasanya itu, dibangunlah Kelenteng Hoo Tong Bio yang bermakna ‘Kuil Perlindungan Orang China’ sebagai bentuk penghormatan kepada Tan Hu Cin Jin yang kemudian ditahbiskan dan disembah sebagai salah satu Dewa di Kelenteng Hoo Tong Bio.

Awalnya Kelenteng Hoo Tong Bio dibangun didaerah Lateng, Rogojampi. Kala itu, bangunan kelenteng masih berupa rumah yang sederhana. Rumah penghormatan ini kemudian dipindahkan ke Banyuwangi setelah adanya perampasan tanah oleh VOC pada 1767. Tidak ada tahun pasti kapan Kelenteng Hoo Tong Bio pertama kali dibangun. Namun para pengelola Kelenteng menyandarkan tahun berdirinya pada sebuah prasasti yang berupa papan kayu bertuliskan kaligrafi Tiongkok. Dalam prasasti tersebut tertulis nama Tan Hu Cin Jin dan bertanggal ‘Qianlongflacan’ yang bertepatan dengan tahun 1784.

Dalam perkembangannya, Kelenteng Hoo Tong Bio kemudian menjadi kelenteng induk untuk beberapa kelenteng yang menyembah Dewa Tan Hu Cin Jin yang tersebar di Besuki, Probolinggo, Jembrana, Tabanan, Kuta dan Lombok.

Hari Jum’at, tanggal 13 Juni 2014, Bangunan kelenteng yang didominasi warna merah ini mengalami kebakaran hebat. Bangunan peribadatan utama dan bangunan-bangunan lain disekitarnya ludes dilalap si jago merah, termasuk patung-patung Dewa yang berada didalam kelenteng tidak terselamatkan. Bangunan peninggalan kuno itupun kemudian kembali direhab dengan menghabiskan biaya miliaran rupiah.

Kini, Kelenteng Hoo Tong Bio sudah kembali megah. Keberadaannya seakan melengkapi keindahan dan keragaman budaya di Kota Banyuwangi. Dan sejak beberapa tahun lalu, di kelenteng ini rutin digelar ‘Festival Imlek’ yang menjadi rangkaian dari penyelenggaraan Banyuwangi Festival. (budi/jmdn)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *