Kampar, Riau – Upaya pemulihan ekonomi masyarakat pasca Pandemik Covid-19 yang melanda seluruh wilayah telah banyak mencetuskan program-program ekonomi kerakyatan yang ditujukan untuk membantu masyarakat luas pulih dalam situasi ekonomi.
Salah satunya adalah dengan menggerakkan ekonomi kerakyatan dengan memanfaatkan lahan tidur menjadi kebun pertanian produktif sebagai lumbung pangan baru dan kebun ketahanan pangan masyarakat secara mandiri diwilayahnya. Dengan bertanam sayur-sayuran, Pemuda di Kabupaten Kampar, Riau berhasil menggerakkan enomoni masyarakat dengan merangkul pemuda desa hingga “emak-emak” menjadi petani yang memiliki penghasilan untuk income keluarga.
Zulfadli, Pemuda 26 tahun asal Desa Sipungguk Kecamatan Salo Kabupaten Kampar memanfaatkan lahan tidur milik masyarakat menjadi kebun pertanian produktif yang dikelola secara bersama-sama dengan banyak pemuda dan “emak-emak” disekitar areal kebun.
“Alhamdulillah, Kami sangat bersemangat sekali dalam membangun kebun pertanian ini,” cetusnya.
Misi awalnya adalah rasa kepedulian terhadap adik-adik dan kawan – kawan pemuda di Kabupaten Kampar, Riau saya lihat kesehariannya belum produktif. Masih menganggur dan belum punya aktifitas yang memadai. Melihat potensi lahan tidur yang sangat luas disekeliling, maka ide membangun kebun-kebun pertanian ini adalah solusi untuk memberdayakan potensi yang seharusnya bisa disinergikan sejak dulu.
“Berdiskusi pelan-pelan akhirnya kita bulatkan tekad untuk membuka lahan pertanian. Alhamdulillah sudah terbuka lahan seluas 5 Hektar dibeberapa titik dikecamatan Salo, Kampar,” terangnya.
Masih Zulfadli, lahan ini memang bukan lahan milik pribadi, beberapa lahan merupakan lahan milik orang tua dari kawan-kawan yang telah bergabung dalam kelompok tani pemuda ini, ditambah juga dukungan dari beberapa tokoh masyarakat yang turut bersimpati dalam gerakan pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui kegiatan pertanian swadaya ini.
“Dan Alhamdulillah lahan tersebut telah tuntas kita tanam dengan tanaman Sayur mayur seperti Kangkung, Ubi, Cabe Rawit, Terong, jagung dan tanaman palawija lainnya,” jelasnya.
Tak lupa, Zulfadli mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah mensupport gerakan sederhana ini agar kelak bisa menjadi salah satu pilar kekuatan Ekonomi kerakyatan di Kabupaten Kampar. Pihaknya cukup bangga juga beberapa saat lalu disalah satu lahan saat melakukan penanaman dikebun dihadiri oleh stakeholder yang ingin menyaksikan secara langsung apakah benar memang ada pemuda yang mau dan siap terjun menjadi pelopor ketahanan pangan di Kabupaten Kampar.
“Terima kasih kepada Keluarga Besar Pengurus Cabang Ikatan Putra Putri Indonesia (IPPI) Kabupaten Kampar, Dinas Pendidikan yang diwakili oleh Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga, Kepala Dinas Pertanian Kampar dan jajaran Ketua Bidangnya, serta Dinas Ketahanan Pangan Kampar dalam hal ini Mewakili PJ. Bupati Kampar yang juga sebagai Dewan Penasehat IPPI Kampar turut turun mengunjungi kebun pertanian Kami. Spesi untuk Bapak Kepala Desa Sipungguk yang juga telah menjadi orang tua angkat dalam kegiatan sehari-hari kawan-kawan petani pemula di lapangan.
Harapannya, semoga kedepan bisa banyak mendapatkan binaan dari berbagai pihak terutama dalam teknis budidaya dan sistem manajemen membangun kebun pertanian yang berorientasi bisnis, berwawasan lingkungan hingga bisa menjadi pencetak pengusaha-pengusaha pertanian muda yang mampu menggerakkan ekonomi masyarakat dan mewujudkan Kabupaten Kamar Swasembada Pangan.
Ditempat terpisah, Harry Indrawan Praktisi Pertanian di Provinsi Riau yang juga saat ini menjadi Duta Petani Millenial di Kementerian Pertanian RI menyampaikan apresiasi yang luar biasa atas gerakan yang telah dilakukan oleh Petani Muda dari Kabupaten Kampar.
“Belum banyak anak muda yang mau terjun secara langsung untuk menjadi petani. Mereka masih takut kotor, takut kena sinar matahari panas yg lama hingga takut kelihatan susah karena pola pikir yang sok hedonis,” paparnya.
Padahal lanjut Harry, pertanian adalah salah satu kunci kebangkitan perekonomian masyarakat kita. Tak perlu lahan yang cukup luas, dengan memanfaat kan lahan pekarangan yang seadanya aja sudah bisa memproduksi bahan pangan secara maksimal. Tinggal merubah mindset dan action agar benar-benar mau berkontribusi dalam membangun bangsa.
Kondisi pertanian dilapangan secara umum masih ada yang tak tersentuh oleh Penyuluh Pertanian, dengan alasan lokasi kebun yang sangat jauh hingga karena petani tersebut tidak anggota kelompok tani yang terdaftar di Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN) yang membuat semangat Petani pemula khususnya petani muda naik turun.
Kalau untuk hal teknis budidaya, generasi muda sudah sangat paham kemana dia harus belajar, dunia sudah dalam genggaman karena adanya teknologi pertanian.
“Kita bisa belajar kepada ahli-ahli pertanian yang ada diseluruh dunia. Kendalanya adalah watak anak muda yang selalu ingin tau kadang tidak ada ruang diskusi yang seharusnya bisa dilakoni oleh PPL dimana pun berada,” ucapnya.
Menurutnya, ini sebuah tantangan dan peluang bagi petani muda dimanapun berada untuk terus mau meng-upgrade keilmuan dan skill didalam giat pertanian. Kita harus yakin bahwa siapa yang bersungguh-sungguh kelak pasti akan mendapatkan keberhasilan. Terus berbesar ruang literasi kepada siapapun agar tetap menjadi yang terbaik dan terdepan dalam kontribusi membangun pertanian di Indonesia.( Harry/JMDN Riau)