Hadiri Gerakan Sulsel Anti-Mager, Mendagri Ajak Masyarakat Terus Jaga Kesehatan

  • Whatsapp
Mendagri, Muhammad Tito Karnavian menghadiri Gerakan Sulawesi Selatan Anti-Malas Gerak (Mager) di Lapangan Pemuda, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, Sabtu (12/8/2023).

BULUKUMBA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian menghadiri Gerakan Sulawesi Selatan (Sulsel) Anti-Malas Gerak (Mager) di Lapangan Pemuda, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, Sabtu (12/8/2023). Mendagri mengaku senang dan bangga dengan antusiasme masyarakat Bulukumba.

“Banyak hal yang luar biasa di Bulukumba. Alamnya yang indah, pantainya yang luar biasa, ada perahu pinisi yang menjadi kebanggaan Indonesia,” ujar Mendagri.

Dirinya mengapresiasi digelarnya Gerakan Sulsel Anti-Mager. Acara serupa diketahui telah banyak digelar di luar negeri yang tujuannya untuk mengajak masyarakat agar menjaga kesehatan. Mendagri menilai, belum banyak masyarakat yang menyadari pentingnya olahraga.

Selain itu, banyak pula yang masih menerapkan gaya hidup tak sehat seperti merokok hingga mengonsumsi makanan sembarangan. Hal ini kemudian berakibat kepada banyaknya masyarakat yang tiba-tiba jatuh sakit.

“Jadi memang betul mencegah lebih baik daripada mengobati. Kesehatan itu bukan segala-galanya, tapi segala-galanya tidak ada artinya tanpa sehat,” tambahnya.

Mendagri menekankan, kesehatan harus terus dirawat, salah satunya dengan bergerak dan berolahraga. Selain itu, penting pula agar masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.

Lebih lanjut, Mendagri mendorong para pemangku kepentingan, khususnya pemerintah daerah (Pemda) untuk menyiapkan ruang olahraga dan taman hijau. Infrastruktur itu dibutuhkan sebagai wahana masyarakat untuk bisa berolahraga sekaligus memperoleh hiburan yang murah.

“Biayanya pemerintah lebih murah membuat taman-taman untuk masyarakat bisa olahraga. Dibanding masyarakat sudah sakit, berikan subsidi, bangun rumah sakit yang mahal, (itu akan) jauh lebih mahal,” katanya.

Oleh karena itu, Mendagri mendukung pelaksanaan kegiatan Gerakan Sulsel Anti-Mager. Dirinya berharap, gerakan itu mampu menggema dan menginspirasi daerah lainnya di Indonesia untuk menyadari pentingnya kesehatan.

“Jadi terima kasih banyak. Selamat berolahraga. Masyarakat Bulukumba antimalas gerak, rajin olahraga, top, top, top,” tandas Mendagri.

Sebagai informasi tambahan, bersamaan dengan rangkaian kegiatan ini, Mendagri Tito Karnavian dan Ny. Tri Tito Karnavian selaku istri Mendagri, menerima gelar adat dari Masyarakat Suku Kajang Ammatoa. Gelar adat tersebut diterima Mendagri di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Jumat (11/8/2023).

Mendagri menerima gelar adat Amma Puto Tito Daeng Manai’ yang bermakna lelaki yang memiliki karier atau kedudukan yang terus menanjak. Sedangkan istrinya, Ny. Tri Tito Karnavian, memperoleh gelar Jaja Paccing Daeng Mattaning yang bermakna perempuan yang berhati bersih dan berparas manis.

Prosesi pemberian gelar adat itu berlangsung secara tertutup di Istana Bola Pa’rorongan Adat Kajang. Adapun gelar adat diberikan secara langsung oleh para pemangku adat setempat. Pada kegiatan itu, Mendagri mengenakan pakaian hitam yang dibalut Passappu atau ikat kepala dan sarung berwarna hitam. Pakaian tersebut merupakan busana adat Suku Kajang Ammatoa.

Pada prosesi tersebut, tampak ribuan masyarakat menyambut Mendagri beserta istri. Selain itu, rombongan juga diterima oleh para tokoh dan pemangku adat setempat.

Dalam keterangan terpisah, Loha Lombo atau Juru Bicara Masyarakat Adat Kajang Abdul Kahar Muslim mengatakan, pihaknya atas nama masyarakat adat Ammatoa menyambut gembira kedatangan Mendagri. Dirinya juga mengapresiasi kedatangan rombongan yang dinilai menjadi bentuk dukungan terhadap pelestarian adat istiadat Masyarakat Kajang Ammatoa.

“Dengan kedatangan beliau ke kawasan adat Ammatoa, itu artinya bahwa kepedulian beliau tentang pelestarian adat istiadat yang tumbuh dan bekembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sangat baik,” ujarnya.

Dia menjelaskan, gelar “Puto” merupakan gelar tertinggi masyarakat Adat Kajang Ammatoa. Sosok yang diberikan gelar itu kemudian akan menjadi warga kehormatan Masyarakat Adat Ammatoa. Di samping itu, figur yang mendapatkan gelar tersebut, di setiap upacara adat, akan didoakan agar mendapatkan kedamaian, kesehatan, dan kesuksesan. “Nama yang diberikan itu selain sebagai bentuk penghormatan juga sebagai doa dari pemangku adat kepada Pak Mendagri,” jelas Kahar Muslim. (*/jmdn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *