Festival Poro Bungkil Membangun Ketahanan Pangan ala Desa Parangharjo

  • Whatsapp

Banyuwangi – Desa Parangharjo – Jauh sebelum munculnya kekhawatiran pemerintah terkait ketahanan pangan nasional, apa yang telah digagas oleh Pemerintah Desa Karangharjo, Kecamatan Songgon, ini bisa menjadi salah satu jalan keluar dan jawaban yang pas tentang munculnya kekhawatiran tersebut. Ide membangun ketahanan pangan ala Desa Parangharjo ini berawal ketika ‘desa bersejarah’ itu dipimpin oleh Kepala Desa Panji Widodo.

Tahun 2017, Kades Panji Widodo berinisiatif untuk mengangkat dan menghidupkan Kembali aneka kuliner kuno dengan memanfaatkan berbagai jenis tanaman umbi-umbian – yang oleh warga setempat disebut; ‘Poro Bungkil’ – seperti; Ketela Pohon, Ubi Jalar, Ganyong, Srinama, Talas, dan jenis-jenis lainnya untuk diolah menjadi bahan dasar pembuatan aneka kue tradisional.

Gayung bersambut, warga pun langsung merespon ide pak Kades dan mereka kemudian serempak ‘berburu’ berbagai jenis umbi-umbian yang tumbuh diwilayah desa untuk disulap menjadi aneka jajanan. Selanjutnya, hasil olahan aneka kue yang bahannya berasal dari umbi-umbian itu kemuadian di gelar dan disuguhkan di sepanjang jalan-jalan desa untuk dinikmati bersama-sama.

Menurut Sekretaris Desa (Sekdes) Parangharjo, Khairul Anam, pembuatan dan penyajian hasil olahan aneka jajanan berbahan dasar umbi-umbian itu awalnya dimunculkan sebagai bentuk ‘Sedekah Kuliner’ antar warga.

Menurut Sekdes, yang menjadi masalah saat ini adalah tentang ketersediaan tanaman umbi-umbian, yang Sebagian besar nota-bene adalah jenis tumbuhan liar. “Sekarang ini yang ditanam oleh warga itu kan umumnya tanaman-tanaman yang cepat panen dan segera bisa menghasilkan uang. Seperti padi dan jenis-jenis polowijo. Jadi masih jarang atau bahkan belum ada yang mencoba untuk melakukan budidaya. Jadi selama ini, untuk mendapatkan berbagai jenis umbi-umbian itu warga yang harus mencarinya dipinggir-pinggir Sungai dan tegalan. Itu yang masih menjadi masalah,” kata Sekdes.

Sepeninggal Pak Kades Panji Widodo – wafat tahun 2020 – kegiatan pemanfaatan umbi-umbian sebagai bahan dasar aneka jajanan tradisional itu kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh penggantinya, Bu Kades Weny Pipiet Hardiyanti, S.Pd.

Meski tidak mudah untuk mendapatkan berbagai jenis umbi-umbian – kecuali Ketela Pohon dan Ubi Jalar – namun Bu Kades Pipiet terus berupaya untuk melanjutkan kegiatan ‘sedekah kuliner’ yang telah digagas oleh kades sebelumnya itu. “Sebelumnya acara itu kan selalu diadakan pada bulan Agustus. Sekarang ini sudah kita tarik dan geser waktunya berbarengan dengan momentum Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba). Untuk tahun ini, kegiatan ‘sedekah kuliner’ yang kemudian disebut sebagai ‘Festival Poro Bungkil’ itu kita gelar bersamaan dengan pelaksanaan ‘Kirab Budaya’ dan peresmian monument Perang Bayu di Tegal Perangan,” jelasnya. (bo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *