Banyuwangi, Desa Kedungasari – Sejak beberapa waktu terakhir, Kabupaten Banyuwangi mulai dikenal sebagai penghasil Buah naga terbesar di Indonesia. Penghasil Buah Naga dari Banyuwangi ini sebagian besar berada di beberapa kecamatan di wilayah Banyuwangi Selatan, diantaranya. Kecamatan Bangorejo, Cluring, Tegaldlimo, Siliragung, Srono, Purwoharjo, Tegalsari, Sempu, dan Pesanggaran.
Data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Banyuwangi menyebutkan, pada tahun 2020 luas lahan yang digunakan untuk tanaman Buah Naga mencapai 3.786 hektare dengan total produksi sebesar 82.544 ton per tahun. Ini merupakan angka produksi Buah Naga terbesar yang dihasilkan satu daerah di Indonesia dalam satu tahun.
Sebelum akhirnya memilih untuk Budidaya Buah Naga, para Petani di Banyuwangi Selatan ini umumnya adalah petani yang bercocok-tanam tanaman pangan seperti Padi dan Jagung. Namun setelah melihat adanya potensi dan peluang besar untuk pengembangan Buah Naga, pada akhirnya para petani beralih untuk membudi-dayakan tanaman jenis Kaktus ini.
Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, adalah salah satu desa yang menjadi kawasan pengembangan dan budidaya Buah Naga terbesar di Banyuwangi. Keuletan Warga dan para petani Desa Kedungasri dalam pengembangan tanaman jenis Kaktus ini juga didukung oleh kondisi lahan-lahan pertanian setempat yang memiliki kandungan pH tanah yang memang sangat cocok untuk pengembangannya.
Di Desa Kedungasri, budidaya Buah naga merupakan kegiatan pertanian yang massif. Karena selain ditanam di areal persawahan dan tegal, tanaman ini juga banyak ditanam di halaman atau pekarangan rumah-rumah warga.
Sebagaimana di wilayah-wilayah lain, masa panen Buah Naga di Desa Kedungasri biasanya jatuh pada bulan Oktober – April. Diluar bulan-bulan tersebut Buah Naga biasanya tidak berbuah. Penyebabnya adalah karena terjadinya pergantian siklus cuaca yang dapat menyebabkan tanaman Buah Naga mengalami kekurangan frekuensi penyinaran matahari. Padahal, sinar matahari merupakan salah satu faktor penting agar tanaman ini bisa berbuah.
Maka untuk menyiasati agar tanaman ini bisa terus berbuah sepanjang tahun, para petani mulai menggunakan lampu LED sebagai sumber penyinaran buatan yang dipasang diatas-atas tanaman. Menurut para petani, bantuan penyinaran dengan menggunakan lampu LED ini sangat membantu tanaman ini tumbuh dan berbuah. Biasanya lampu LED tersebut akan mulai dinyalakan menjelang waktu Magrib atau sekitar pukul 5 atau 6 sore dan baru dimatikan sekitar pukul 5 pagi.
Menurut para petani Desa Kedungasri, alasan dipilihnya penggunaan lampu LED karena lebih irit atau tidak seboros bila menggunakan lampu biasa. “Dibanding menggunakan lampu biasa, penggunaan lampu LED ini jauh lebih irit, sehingga anggaran untuk perawatannya bisa lebih hemat,” ungkap salah satu petani.
Keberhasilan warga dan para petani Desa Kedungasri dalam pengembangan dan budidaya Buah Naga ini nampaknya tidak berhenti sampai disitu. Karena saat ini, para petani dan Pemerintah Desa Kedungasri tengah berupaya untuk menjadikan kawasan penanaman Buah Naga ini menjadi sebuah kawasan wisata agro yang menarik.
“Kedepan nanti kita berharap agar Desa Kedungasri bisa menjadi kawasan Agrowisata unggulan yang ada di Banyuwangi, dengan obyek utamanya kawasan tanaman Buah Naga,” kata Kepala Desa Kedungasri, Sunaryo, SH. ( Lauryan / JMDN )