Mbah Juh Sang Dukun Lintrik Legendaris ( bagian 3 )

  • Whatsapp

Banyuwangi – Setelah sempat jeda beberapa hari karena alasan ada kesibukan, sore itu Narso pun kembali bersedia melanjutkan ceritanya kepada penulis. Kali ini dia menceritakan tentang sosok seorang Perempuan yang dari Kota Malang, yang datang kedua kalinya kepada si Mbah sembari menangis.

“Iya, dia tiba-tiba datang sambil menangis sesenggukan dihadapan si Mbah. Sambil bersalaman dia kemudian mencium tangan si Mbah. Yang saya dengar, salah satu anggota keluarganya yang sudah lebih dari tiga tahun menghilang tanpa jejak, sudah Kembali pulang. Katanya, kepulangan anggota keluarganya yang hilang itu hanya selang beberapa hari stelah dia pulang dari gubug Si Mbah. Dia sangat berterimakasih kepada si Mbah.

Dari sekian banyak cerita keberhasilan yang disampaikan oleh dari para pengguna jasanya serta kisah perjalanan dan sepak-terjang Mbah Juh sebagai dukun Lintrik yang tergolong legendaris itu, yang paling tidak bisa dilupakan dan selalu lengket dalam ingatannya adalah tentang saat-saat kematian Neneknya yang dianggapnya ‘misterius’.

Sebelum bercerita tentang detik-detik meninggalnya sang Nenek, setelah terdiam agak lama nampak ada air mata yang mengalir dipipinya. Setelah mengusapnya, dengan nada berat Narso kemudian menceriterakan detik-detik yang yang menorehkan kepedihan dalam hidupnya itu. Betapa tidak, sang nenek, Dukun Legendaris yang selama ini menjadi orang tua satu-satunya itu telah pergi meninggalkannya selama-lamanya.

“Waktu itu, saya butuh uang untuk keperluan saya. Lalu saya temui si Mbah di kamar untuk mintanya. Biasanya si Mbah langsung memberinya tanpa banyak bicara. Tapi saat itu, si Mbah hanya diam duduk bersila sambil matanya tetap terbuka. Beberapa kali saya panggil namanya tetapi tetap diam. Saya pikir si Mbah sedang membaca mantra atau berdoa. Tetapi setelah agak lama saya lihat dia tidak bergerak sedikitpun, lalu saya pegang tangannya yang ketika itu masih menggengam kartu Lintrik. Kemudian tubuh si Mbah roboh ke samping. Ternyata dia sudah tidak bernyawa,” ungkap Narso sambil mengusap air matanya yang semakin deras mengalir. Innalillahi wa innaillaihi Rojiun…

(selesai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *