“Sudah full booked! Kuota sudah terpenuhi,“ jawab Lina, saat ditanya bagaimana cara ikut Workshop Cipta Puisi yang digelar 20 November 2024. Project Officer di Yayasan Mekar Pribadi tersebut menegaskan, antusiasme pelajar untuk ikut pelatihan mencipta puisi begitu tinggi.
Rupanya, anak-anak usia SMP/ sederajat ini banyak yang suka membuat puisi. Tak heran, materi mengenal dan mengeksplorasi kata menjadi puisi begitu diminati. Mereka tertarik pada tawaran penyelenggara bahwa peserta akan diajak memberi ruh kepada kata untuk menyampaikan pesan yang menyentuh.
Peserta juga akan didorong untuk menciptakan puisi bertema kemanusiaan yang menekankan pentingnya menolong sesama. “Dan untuk puisi yang terpilih, akan dipamerkan pula di lokasi FBA XI digelar. Tampaknya, hal-hal inilah yang menarik mereka mendaftar,“ tambah Lina.
Menurutnya, hanya dalam waktu beberapa hari sejak diumumkan, workshop yang akan dipandu oleh sastrawan Hasan Aspahani dan menampilkan pembacaan Puisi oleh sastrawan Okky Madasari serta beberapa siswa pertukaran pelajar Bina Antarbudaya itu langsung habis slotnya. Hal yang sama juga tejadi untuk workshop Generasi Emas. Workshop ini akan dipandu pemenang medali emas dari cabang olahraga baru di PON XXI, yaitu Traditional Dancesport.
Duo atlet, Bathara Saverigadi dan Denta Pinandhito akan berbagi inspirasi dalam workshop bertajuk “Generasi Emas” pada 23 November 2024. Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk memahami pentingnya ketekunan, disiplin, pemahaman yang matang terhadap.tari tradisi dan semangat saling mendukung, dalam meraih mimpi.
Ketua Yayasan Mekar Pribadi Oetari Noor Permadi menambahkan, kuota workshop yang masih ada adalah Workshop Melukis dan Kesehatan Mental. Workshop digelar 22 November 2024. Workshop ini menggabungkan seni melukis dengan pendekatan kesehatan mental, memberikan ruang bagi peserta untuk mengekspresikan emosi dan meningkatkan kesejahteraan diri.
“Di bawah bimbingan pakar psikologi profesional, Aat Indrawati, peserta yang terdiri dari Ibu/ Bapak dan anak usia SMP/sederajad akan belajar menggunakan seni sebagai media untuk mengenali emosi, mencintai diri, mengelola stres dan membangun empati. Intinya menolong diri sendiri dahulu, agar mentalnya menjadi kuat dan lebih mampu menolong orang lain,“ jelas Oetari.
Serangkaian workshop tersebut merupakan kegiatan Festival Budaya Anak Bangsa XVI yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM). Dimulai bersamaan dengan Hari Pahlawan dan Ulang Tahun ke-56 TIM pada 10 November 2024. Festival ini merupakan langkah kecil yang nyata untuk makin mengenalkan generasi muda kepada para seniman dan budayawan yang menjadi jiwa Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki.
Festival juga mengenalkan berbagai jenis kecerdasan yang saling menganyam budaya Indonesia, sekaligus menjadi ruang bersama untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Diharapkan, acara ini dapat menginspirasi generasi muda untuk menjadi pribadi pembaharu, pahlawan-pahlawan yang membangun masa depan yang lebih saling peduli dan penuh kasih sayang.
FBA XVI tahun 2024 ini berlangsung 10-23 November. Kendati diselenggarakan di Jakarta, kegiatan FBA ini bisa diikuti oleh anak-anak dari sejumlah wilayah di Indonesia. Seperti Lomba Melukis kirim karya yang telah digelar selama bulan Oktober 2024 dan diumumkan pememenangnya pada 10 November lalu.
Keenam pemenang lomba melukis ini berasal dari enam wilayah yang berbeda. Pemenang pertama, Ni Made Dinda Maheswari berasal dari SD Negeri 5 Tonja, Bali. Pemenang kedua, Almira Naema Azkadina dari SD Negeri Kranji, Jawa Tengah dan pemenang ketiga, Maryam Sri Pangastuti dari SDIT Albiruni, Jakarta Selatan.
Sedangkan pemenang Harapan I adalah Dea Shafira Aurellia dari St. Mary Elementary School, Jawa Timur, Harapan II, Amelia Christine dari SD Dian Harapan, Jawa Barat dan pemenang Harapan III, Shakira Maulidia dari SDIT Muh. Gunung Terang, Lampung.
Melalui lomba melukis, para peserta diberi ruang untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Kompetisi melukis yang mengangkat tema kemanusiaan dimaksudkan agar peserta makin suka melukis, jujur pada perasaannya dan makin peduli kepada sesamanya.
“Sehingga walau anak-anak kini adalah digital native, pola pikir dan perilakunya sehari-hari tetap beradab dan wajar,“ papar Oetari Noor Permadi, penyelenggara FBA.
Festival yang secara konsisten diselenggarakan oleh Yayasan Mekar Pribadi ini ingin menempatkan anak-anak menjadi subyek. “Pendapat dan keinginan mereka lebih kita dengarkan. Kita buatkan saluran ekspresi lewat seni dan budaya. Anak-anak bisa menyampaikan keinginannya lewat seni lukis, puisi, dan beragam workshop yang kita adakan,“ tambah Penyiar TVRI era 1980-an ini.
Itulah mengapa FBA ke-16 ini dibuka oleh empat anak yang membacakan puisi. Tiga pembaca puisi merupakan anak kembar usia 7 tahun. Mereka adalah Kimberly Rianza, Kimiko Yuanita, dan Kimora Eleanor. Ketiganya lahir di Tangerang, 10 November 2017. Kini kelas 2 SD Global Prestasi School Bekasi. Dan seorang lagi Aleesha Prashant Lokhande, 11 tahun, kelas 7, SMP Universal School.
Lewat puisi berjudul Kuingin (I want to/ I desire), ke-4 anak tersebut menyampaikan keinginannya kepada para ayah bunda, guru, maupun kepada Tuhan. Kepada Ayah Bunda, mereka menyampaikan keinginan untuk bisa bermain dalam hujan gerimis, mengejar kupu-kupu dan melihat pelangi.
Kepada para guru, anak-anak tersebut ingin bebas bertanya dan bertanya “Mengapa?“ Mereka juga menyatakan keinginannya untuk berkelana bersama para guru mengelilingi Indonesia.
“ _kuingin berkelana bersamamu _
ke penjuru Indonesia, ke desa dan kampung/
ke hutan yang lebat, lewati sungai yang lebar/
menuju pantai tempat kapal-kapal dibuat//
Bambang Prihadi, Ketua Dewan Kesenian Jakarta mengapresiasi upaya komunitas seperti Yayasan Mekar Pribadi yang membuat kegiatan untuk anak. Menurutnya, tugas Dewan Kesenian Jakarta sebagai kurator kegiatan seni di ibukota sering kurang menjangkau kelompok usia muda ini.
Dikatakannya, ketika melihat anak-anak, seakan terbayang satu jalan terbentang ke masa depan. Dan Mekar Pribadi telah merengkuh jalan tersebut. Maka, Bambang pun mengharapkan adanya kerjasama makin erat sehingga menghasilkan kegiatan festival yang lintas genre, lintas usia dan lintas seni.
Oetari Noor Permadi menambahkan tugas kita, orang dewasa, hanya mendorong anak-anak agar memiliki cara pikir yang jujur, kritis serta sikap peduli melalui contoh nyata dalam kehangatan rasa kasih sayang. “Sudah saatnya kita ikut melihat dunia dari kacamata mereka dan menikmati petualangan2 baru bersama anak-anak,“ urai alumnus Hubungan Intenasional UGM ini.
Tahun ini, festival yang diselenggarakan oleh Yayasan Mekar Pribadi bersama Dinas Perpustakaan DKI dan Pusat Dokumentasi HB Jassin ini memilih tema kemanusiaan: Menolong Itu Hebat. Festival tahun ini ingin menekankan pentingnya nilai kemanusiaan, gotong royong, dan kepedulian terhadap sesama dalam setiap lapisan masyarakat, khususnya generasi muda.
Melalui berbagai kegiatan interaktif, festival ini mengajak pengunjung untuk mengeksplorasi bakat seni, kesehatan mental dan jiwa kemanusiaan mereka. ***
Info Lengkap Festival Budaya Anak Bangsa
Hub: Lina 081280192917