Jakarta, 18/12 (ANTARA) – Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal mengatakan metode pengajaran guru perlu diubah seiring semakin berkembangnya kecerdasan buatan (AI).
“Pertumbuhan AI yang pesat dapat memperparah kondisi pendidikan di Indonesia yang stagnan. Dengan kecepatan dan aksesnya terhadap informasi, AI mampu menjadi asisten yang menggenjot produktivitas manusia,” ujar Rizal dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Ia menambahkan bahwa pendidik perlu mengevaluasi cara pengajaran di kelas. Jika hanya tentang nilai dan benar atau salah, maka anak-anak mungkin akan lebih baik belajar dengan AI, sebab mereka lebih pintar dan memiliki segudang informasi yang terkumpul dari akar-akar komputasi.
“Kita harus mampu mengangkat kelebihan dari manusia ketimbang AI, yaitu kebijaksanaan. AI adalah arsitektur kecerdasan, sementara manusia adalah arsitektur kebijaksanaan. Kebijaksanaan berarti menggunakan pengetahuan dengan mempertimbangkan nilai, moral, etika, dan dampak jangka panjang dengan cara, serta tujuan yang benar,” tambah Rizal.
Oleh karenanya perlu adanya perubahan dalam metode pengajaran guru di kelas. Para guru harus mampu mengajarkan anak untuk tetap mempertahankan rasa penasaran dalam mencari kebenaran sejati.
“Anak-anak mesti didorong untuk dapat mempelajari cara kerja dari AI agar dapat mengendalikannya, sehingga penggunaan AI oleh manusia bukan untuk membuat AI menjadi superhuman, tetapi supaya kita yang menjadi superhuman,” jelas dia lagi.
Sebelumnya, GSM menyelenggarakan kegiatan Ng(k)aji Pendidikan, dengan tema “Guru Diambang Misteri Peradaban”. Kegiatan tersebut akan diselenggarakan di sejumlah daerah di Tanah Air, yang bertujuan meningkatkan kemampuan guru dalam pengajaran di kelas. (ANTARA/Indriani)