Jember, 26/12 (JMDN) – Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sering terjadi di wilayah Jember, SMA 3 Muhammadiyah Jember mengembangkan sebuah aplikasi inovatif bernama LarvaeCam.
Aplikasi ini dirancang untuk mendeteksi potensi jentik nyamuk penyebab DBD atau malaria dengan akurasi yang tinggi, sehingga dapat membantu petugas kesehatan dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit.
Joice Amirah Lesmana, pengembang aplikasi LarvaeCam, menjelaskan tentang cara kerja aplikasi tersebut.
“Proses dimulai dengan pengambilan sampel larva nyamuk yang ditemukan di sekitar pemukiman warga, seperti di kamar mandi atau area genangan air. Setelah itu, sampel larva tersebut diperiksa dan dipastikan apakah terdapat bibit jentik nyamuk penyebab DBD atau malaria,” ujarnya.
Setelah larva berhasil ditemukan, langkah berikutnya adalah melakukan fixasi untuk menjaga morfologi sampel agar tidak rusak. Kemudian, larva akan ditempatkan di wadah tertentu dan difoto menggunakan kamera dengan pembesaran hingga 200 kali, yang terintegrasi langsung dengan aplikasi LarvaeCam.
“Hasil foto tersebut kemudian diolah dalam aplikasi untuk mengenali bentuk larva secara otomatis, dan hasilnya dapat diketahui dalam waktu 10-15 menit dengan tingkat akurasi mencapai 99 persen,” jelas Joice.
Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang kekurangan ahli entomologi.
Sebelumnya, pemeriksaan jentik nyamuk di rumah-rumah warga hanya dilakukan dengan metode konvensional oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik), yang hanya menghitung jumlah jentik nyamuk tanpa analisis mendalam tentang jenis dan potensi bahaya dari larva yang ditemukan.
LarvaeCam juga diharapkan dapat mempercepat deteksi dan pencegahan dini terhadap penyebaran penyakit di Jember, yang sering kali menghadapi masalah DBD. “Di Jember, aplikasi ini bisa menjadi solusi tepat untuk deteksi dini, dan kami berharap dapat diterapkan di seluruh Indonesia untuk mengurangi angka kejadian DBD,” ujar Joice.
Inovasi ini menjadi harapan baru dalam memerangi penyakit DBD yang telah meresahkan masyarakat Indonesia, dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan deteksi.(bbg)