Wayang Tatah Sungging Ditargetkan Peroleh Indikasi Geografis

  • Whatsapp
Ilustrasi/Dalang Ki Muhammad Bangkit N.R. dalam pertunjukan wayang kulit dengan lakon Sumantri Ngenger di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, 3 November 2024. (JMDN/mos)

Kantor Wilayah Kementerian Hukum Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menargetkan Wayang Tatah Sungging dari Wukirsari, Kabupaten Bantul, bisa memperoleh sertifikasi Indikasi Geografis pada 2025, demikian seperti dikutip dari Kantor Berita ANTARA.

“Jika ini terwujud, wayang tatah sungging tidak hanya terlindungi secara hukum, tetapi juga dapat meningkatkan nilai ekonomi dan memperkuat identitas budaya DIY,” ujar Kepala Kantor Wilayah Kemenkum DIY Agung Rektono Seto dalam keterangannya di Yogyakarta, Rabu (22/1/2025).

Secara umum, wayang adalah salah satu warisan budaya aslli Indonesia yang telah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO pada 2 November 2023 lalu.

Di Indonesia sendiri, perkembangan wayang tersebar di pulau Jawa, Bali, dan Kalimantan sedangkan wayang kulit adalah salah satu jenis wayang yang seringkali dipertunjukkan di panggung-panggung budaya di tanah air.

Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit kerbau ataupun sapi dan untuk pembuatannya, para pengrajin wayang perlu menggunakan teknik yang dikenal dengan Tatah Sungging.

Wayang Tatah Sungging dari Wukirsari, Bantul, merupakan salah satu karya seni di DIY yang memiliki nilai budaya tinggi sehingga perlu dilestarikan dan dilindungi secara hukum.

Tatah sendiri merupakan teknik pahat yang bertujuan untuk membuat lubang yang menjadi pembatas bagian-bagian dari wayang kulit, sementara Sungging merupakan teknik pembuatan gradasi pada proses pewarnaan. Tujuan dari teknik sungging ini ialah untuk menghidupkan karakter wayang serta untuk mempertegas setiap detail-detail bagian wayang.

Ketua Program Jurusan Kriya Kulit, Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta, Junende Rahma, membagikan informasi terkait tahapan-tahapan dalam teknik tatah sungging untuk menghasilkan karya wayang kulit yang indah.

Yang pertama adalah Nyorek, yang berarti membuat pola atau menggambar pola dengan menggunakan tatah/pahat berujung lancip. Teknik yang digunakan adalah dengan membuka pola wayang pada kertas atau kertas kalkir atau bisa menggunakan meja tracing.

Tahap berikutnya adalah Ambedhahi yaitu memisahkan bentuk wayang yang sudah dicorek dari kulit utuh. Dalam tahapan ini terdapat juga proses ambedhahi rai yang bertujuan membentuk muka wayang kulit. Pada proses ini dibutuhkan konsentrasi yang baik karena proses ini berkaitan dengan pembuatan detail-detail karakter muka wayang.

Yang terakhir adalah Memahat Busana dan Ndeling, dimana Pada tahapan ini, para pengrajin membuat busana wayang yang disesuaikan dengan penokohannya. Cara pembuatannya ialah dengan memahat kulit terlebih dahulu. Setelah proses ini selesai baru kemudian beralih ke tahapan ndeling. Ndeling merupakan tahapan untuk menghilangkan sudut permukaan kulit agar terlihat bersih dan halus.

Ketiga tahapan di atas dilakukan dengan teliti dan melibatkan rasa seni dan kreativitas tinggi agar diperoleh hasil yang terbaik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *