Lubuk Sikaping, 28/1 (ANTARA) – Seorang petani milenial di Petok Nagari (Desa) Panti Selatan, Kecamatan Panti, Pasaman, Sumatera Barat, Hadi Irpandi (28), berhasil menyediakan bibit unggul padi.
Hadi Irpandi, di Lubuk Sikaping, Selasa (28/1/2025), mengatakan usai menamatkan pendidikan sarjana Jurusan Agroteknologi di Universitas Taman Siswa Padang tahun 2019 lalu, mulai fokus menggerakkan usaha sektor pertanian penangkaran benih padi.
“Kabupaten Pasaman umumnya daerah pertanian, apalagi di kampung saya ini daerah sentra padi. Namun keluhan masyarakat, kurang tersedianya benih unggul bersertifikat yang dibutuhkan petani saat musim tanam tiba. Kebanyakan yang beredar hanyalah bibit liar kurang unggul,” ujarnya.
Atas keprihatinan kondisi ini, Hadi mulai memfokuskan dalam penangkaran benih padi dengan disiplin ilmu yang ia miliki sewaktu di bangku kuliah.
“Sejak saat itu saya fokuskan dalam penangkaran benih padi yang diawasi langsung oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (UPTD BPSB) Provinsi Sumatera Barat. Semua proses dari tanam hingga panen dilakukan pengawasan. Pada 22 Februari 2022 lalu keluar sertifikasinya dengan nama produsen multi jaya,” katanya pula.
Sejak saat itu, dia mulai aktif menjual benih padi dengan label Multijaya, Cisokan, Serang, Inpari 32, dan lainnya.
“Saat ini lahan yang kami jadikan penangkaran benih sekitar satu hektare dengan potensi panen 3 ton per tahun. Rata-rata bisa meraup penghasilan Rp12 juta per ton,” ujarnya pula.
Di samping itu, penangkar benih Multijaya miliknya juga menjual berbagai jenis bibit unggul lainnya mulai dari kopi, cabai, cokelat, dan aneka bibit sayuran lainnya.
“Selain meraup untung, kami ingin mendorong masyarakat kita agar lebih giat lagi dalam bidang pertanian. Sebab banyak lahan tidak produktif belum sepenuhnya tergarap menjadi produktif. Apalagi generasi muda saat ini banyak gengsi memfokuskan sektor pertanian, padahal ini jelas menguntungkan,” katanya lagi.
Di samping itu, ia juga mulai mengolah pupuk organik yang berkualitas unggul dengan merek Pupuk Kompos Golden.
“Pupuk Kompos Golden ini hasil olahan sendiri dari kotoran sapi campuran Trikoderma serta bahan organik lainnya. Pupuk Kompos Holden ini dijual dengan harga Rp40 ribu per karung,” katanya.
Sejak saat itu, ia bersama teman-temanya membentuk wadah petani milenial Pasaman yang beranggotakan sekitar 15 orang dengan berbagai macam tanaman.
Ke depan ia berharap agar Pemkab Pasaman terus memberikan dukungan, agar semangat para petani milenial terus tumbuh di daerah tersebut.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Pasaman Ambi Yoan Arimanto mengatakan, pihaknya menargetkan produksi padi di daerah itu sebanyak 205.627 ton selama tahun 2025.
“Untuk target tanam padi di Kabupaten Pasaman tahun 2025 seluas 42.839 hektare dengan produksi sekitar 205.627 ton,” ujar Ambi Yoan.
Ambi mengatakan target produksi padi di Pasaman tahun ini sangat besar dalam rangka mencapai program swasembada pangan nasional.
“Untuk tahun 2024 lalu luas tanam padi di Pasaman 32.777 hektare dengan produksi sebanyak 132.122 ton. Kita harapkan target besar di 2025 ini bisa tercapai maksimal,” katanya pula. (ANTARA/Altas Maulana)