Ritual Adat ‘Seblang’, adalah sebuah ritual adat kuno yang masih terus bertahan hingga era millenium saat ini. Ritual sakral yang menampilkan seorang penari dalam keadaan trance ini secara rutin digelar oleh oleh warga Desa Olehsari, Kecamatan Glagah setiap H+3 atau H+5 Hari Raya Idul Fitri.
Meski rutin digelar setiap tahun, acara ritual yang berlangsung selama tujuh hari berturut-turut ini tidak pernah sepi penonton. Selain sebagai ajang silaturrahmi antar penonton yang berdatangan dari berbagai penjuru Banyuwangi, rerata penonton mengaku sangat tertarik dengan ritual sakral ini. Pasalnya, mereka bisa terlibat secara langsung dengan ritual yang sudah berusia lebih dari satu abad ini. Caranya, para penonton yang berjubel akan ‘dipilih’ secara acak oleh sang Dhanyang yang menyusup ke raga si penari dengan cara melempar sampur (selendang) kearah mereka. Bagi yang ‘ketiban’ sampur, wajib naik ke panggung untuk menari bersama si penari. Bagian ini disebut dengan ‘Tundhikan’

Sejak hari pertama digelar pada Jum’at, 4 April 2025 lalu, arena pergelaran Seblang yang berada di Dusun Joyosari, Desa Olehsari, ini penuh sesak dipadati penonton. Sebagaimana penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, padatnya penonton yang hadir ini dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang makanan dan minuman yang menggelar dagangannya di sepanjang pintu masuk hingga seputar arena pertunjukan.
Menurut penjelasan Panitia Penyelenggara, yang ‘bertugas’ sebagai penari Seblang untuk tahun ini masih sama yakni; Dwi Putri Ramadhani, yang sudah terpilih menjadi penari Seblang sejak tahun 2023 lalu. Penari Seblang yang biasa disapa dengan panggilan ‘Puput’ ini adalah anak dari Salwati, yang beberapa tahun silam ketika masih muda juga pernah terpilih sebagai penari Seblang. (Budi)