Presiden Prabowo akan Kerahkan 1000 Burung Hantu Bantu Petani Perangi Hama Tikus

  • Whatsapp
Ilustrasi - Burung hantu jenis Tyto alba, sahabat petani, pemburu tikus terbaik. (JMDN/Str-Arsa Sebastian)

JAKARTA, 8/4 (IMDN) – Dalam rangka panen raya padi serentak di 14 provinsi yang dipusatkan di Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025), Presiden Prabowo mengumumkan akan memberikan bantuan burung hantu sebagai solusi alami untuk membantu memberantas hama tikus yang kian merajalela.

Hal tersebut dikemukakannya karena dirinya mendapat laporan bahwa di daerah itu mengalami gangguan serius hama tikus sehingga para petani mengambil langkah menggunakan burung hantu untuk memerangi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) itu dan terbukti menjadi cara yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil panen.

Seperti dikutip dari ANTARA, Presiden pun segera menawarkan solusi konkrit atas permasalahan tersebut.

“Perlu tambahan berapa burung hantu? 1.000 ekor kali Rp150.000? Berarti Rp150 juta. Baik, saya bantu hari ini juga,” tegasnya.

Penggunaan burung hantu sebagai predator alami tikus dalam dunia pertanian memang nyatanya masih cukup efektif, tetapi ada beberapa catatan penting yang perlu dipahami agar hasilnya optimal.

Burung hantu yang paling jago untuk memburu tikus adalah dari jenis Tyto alba (barn owl), Burung dewasa jenis ini ukuran tubuhnya relatif lebih besar dari jenis lainnya , memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus dengan cukup baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan dan mudah berkembang biak. Seekor burung hantu dewasa bisa memangsa 3–5 tikus per malam, bahkan bisa lebih kalau sedang memberi makan anak-anaknya.

Penggunaan burung hantu sebagai predator tikus seperti di atas sudah jelas ramah lingkungan, tidak menggunakan racun atau bahan kimia, jadi aman untuk lingkungan, manusia, dan hewan ternak sehingga cocok untuk pertanian organik dan berkelanjutan.

Penerapan metode burung hantu ini tentunya juga membutuhkan waktu dan proses adaptasi. Perlu menyediakan habitat, misalnya, rumah burung hantu (nesting box), dan burung hantu butuh waktu untuk menetap dan berkembang biak.

Populasi burung hantu harus dijaga dengan baik karena jika habitat sekitarnya terganggu, misalnya karena pembukaan lahan atau polusi cahaya, burung hantu bisa enggan tinggal.

Efektivitas bisa menurun kalau tikus berkembang sangat cepat, artinya, sistem ini harus jadi bagian dari strategi pengendalian hama terpadu (PHT), bukan satu-satunya cara, tapi sebaiknya dikombinasikan dengan cara lain, seperti sanitasi lahan, pemangkasan gulma, dan pengaturan tanam.

Bila ditelusuri di mesin pencari Google ternyata sudah banyak desa di wilayah Nusantara yang menerapkan pengendalian hama tikus dengan metode ini dengan hasil yang cukup memuaskan.

Beberapa Kelompok tani di Subang, Jawa Barat, sudah lama menggunakan burung hantu jenis Tyto alba sebagai solusi alami. Mereka memasang ‘rumah burung hantu’ di sawah-sawah. Hasilnya? Populasi tikus berkurang drastis dan biaya pestisida bisa ditekan.

Beberapa daerah lain juga melakukan hal yang sama misalnya Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta yang memelopori budidaya dan konservasi burung hantu untuk membasmi tikus. Bahkan ada kampung yang dikenal sebagai “Kampung Burung Hantu”.

Sejumlah kabupaten di Jawa Timur, juga tak ketinggalan menerapkan metode pembasmian hama tikus seperti itu. Beberapa desa di Tuban dan Lamongan juga sukses menekan populasi tikus dengan membangun rumah burung hantu (rubuha) di sekitar lahan pertanian.

Kelompok Tani di Desa Pasi, Kecamatan Glagah, Lamongan membangun sekitar 10 rumah burung hantu (pegupon) yang dihuni lebih dari 50 ekor burung hantu. Setiap burung hantu mampu memangsa 3 hingga 7 ekor tikus per hari, sehingga membantu mengurangi populasi hama tikus secara signifikan.

Demikian juga di Desa Semampirejo, Kecamatan Sambeng. Di desa ini, seorang Babinsa bersama Kelompok Tani setempat menginisiasi pembangunan rumah burung hantu untuk mengendalikan hama tikus. Sebelumnya, telah dipasang enam rumah burung hantu setinggi sekitar 5 meter di area sawah warga.

Salah satu daerah di Bali yang menggunakan metode ini adalah di areal Subak Merta Tempek Soka Candi, yang termasuk wilayah Banjar Dinas Soka, Desa Senganan, Kecamatan Penibel, Tabanan.

Terbukti dengan adanya peran burung hantu ini petani di sana bisa panen lebih banvak dari yang tadinya hanya 10 persen saja dari area seluas 10 hektare, dengan adanya sepasang burung hantu di area itu panen bisa meningkat menjadi 80 persen.

Tidak salah kiranya jika Presiden Prabowo menawarkan untuk membantu pengadaan burung hantu untuk memerangi hama tikus demi meningkatkan ketahanan pangan nasional. (JMDN/mos)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *