Kemensos Siapkan Program Pemberdayaan Orang Tua Siswa Sekolah Rakyat

  • Whatsapp
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) meninjau langsung rumah calon siswa Sekolah Rakyat di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (25/5/2025). ANTARA/HO-Humas Kemensos

Jakarta, 25/5 (ANTARA) – Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf menyampaikan bahwa Kementerian Sosial (Kemensos) menyiapkan program pemberdayaan bagi orang tua siswa Sekolah Rakyat.

“Orang tuanya juga kami bantu. Rumahnya, insya Allah, akan diperbaiki lewat program pemerintah. Orang tuanya diberdayakan, anaknya bersekolah di Sekolah Rakyat,” ujar pria yang akrab disapa Gus Ipul itu, seperti dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Program pemberdayaan tersebut, ujar dia, melanjutkan juga akan melibatkan peran pemerintah daerah. Dengan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah itu, Sekolah Rakyat diyakini menjadi harapan baru bagi ribuan anak Indonesia untuk keluar dari kemiskinan menuju masa depan yang lebih cerah.

Hal tersebut disampaikan Gus Ipul saat meninjau penjaringan calon siswa Sekolah Rakyat di Kelurahan Krandegan, Kecamatan Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.

Dalam kesempatan itu, ia bertemu dengan salah satu orang tua calon siswa Sekolah Rakyat, yakni Rustini.

“Saya tadi bertemu Ibu Rustini. Penghasilannya rata-rata Rp50 ribu per hari untuk menghidupi tiga anak. Beliau adalah single parent sekaligus penyandang disabilitas. Rumahnya hanya 2×3 meter, dihuni empat orang. Inilah keluarga yang mendapat perhatian penuh dari Presiden Prabowo,” kata dia.

Diketahui, penjaringan calon siswa Sekolah Rakyat dilakukan melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang rutin digelar setiap bulan. Dalam forum itu, para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) diperkenalkan dengan program Sekolah Rakyat. Pendamping sosial lalu mendata anak-anak yang akan lulus SD atau SMP, dan melakukan pendekatan langsung ke rumah mereka.

Rizky (17), anak sulung Rustini, tercatat dalam desil 1 atau kelompok paling miskin di Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Rizky tinggal bersama ibu dan dua adiknya di rumah sempit milik PT Kereta Api Indonesia (KAI), di daerah dengan akses jalan yang curam.

Rumah tersebut berlantai tanah yang hanya dilapisi karpet, beratap seng, tanpa listrik dan tanpa fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK).

Karena tekanan ekonomi, Rizky terpaksa putus sekolah dan tidak sempat menyelesaikan pendidikan SMP. Namun di tengah keterbatasan, semangat Rizky untuk belajar tetap menyala. Ia ingin kembali menuntut ilmu dan mengubah masa depan lewat Sekolah Rakyat.

“Setelah lulus dari Sekolah Rakyat saya ingin jadi orang yang lebih baik, mewujudkan cita-cita punya bengkel otomotif sendiri. Terima kasih Pak Prabowo dan Pak Menteri. Semoga sehat selalu,” ucap Rizky.

Sebagai informasi, Sekolah Rakyat dirancang dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Model sekolah ini adalah pendidikan berasrama 24 jam yang menggabungkan pembelajaran formal, penguatan karakter, hingga orientasi dan matrikulasi.

Tanpa mengikuti tes akademik, calon siswa hanya diwajibkan lolos verifikasi administratif berbasis DTSEN dan masuk dalam desil 1 atau 2 (kelompok miskin)

(ANTARA / Tri Meilani Ameliya)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *