Patoman, Banyuwangi – Selasa pagi, 2 Juli 2024 kemarin Pendopo Kantor Desa Patoman tampak tidak biasa. Tiga karpet panjang digelar dan kursi-kursi dipinggirkan. Tepat pukul 07.00 WIB acara Khotmil Quran dibuka oleh Ibu Kartini, Ketua TP PKK Desa Patoman. Bersama Ibu-ibu Muslimat NU Ranting Desa Patoman, rangkaian kegiatan HARAPAN (Hari Jadi Patoman) ke 22 resmi dimulai.
Sejarah Singkat
Setelah terjadinya Perang Banyualit I, 31 Maret 1767, Pangeran Agung Wilis sering mengadakan pertemuan secara diam-diam bersama pasukannya di sebuah tempat di Banyualit. Banyualit adalah nama sebuah daerah pada jaman dulu, sebelum diubah menjadi Blimbingsari sekitar Tahun 1960 an.
Selain untuk mengintai, mempelajari kelemahan VOC di dekat benteng, juga untuk mengatur strategi pembalasan guna merebut kembali Banyualit dari tangan VOC. Karena sering menjadi Panggonan Ketemonan (Tempat Pertemuan), akhirnya tempat itu disebut Patemon.
Menamai sebuah daerah baru, merupakan perilaku budaya masyarakat jaman dulu. Selain menamai, mereka juga menandai tempat tersebut. Selain menamai Patemon, Pangeran Agung Wilis juga menandai tempat pertemuan itu dengan sebuah batu yang dalam ilmu Antropologi, hal itu disebut sebagai Situs, yakni Situs Patemon.
Setelah berjalannya waktu, entah mulai kapan, nama Patemon berubah menjadi Patoman. Pun demikian dengan Situs Patemon, kini berubah bentuk dan fungsi menjadi sebuah Makam yang disakralkan oleh para pegiat spiritual. Pada akhirnya, Banyualit berubah nama menjadi Blimbingsari dan Patemon berubah nama menjadi Patoman.
Sebelum Tahun 2002, Patoman merupakan sebuah Dusun di Desa Blimbingsari. Karena ada pemekaran Desa Blimbingsari, pada tanggal 2 Juli 2002, Patoman secara resmi berpisah dari Desa Blimbingsari dan menjadi Desa sendiri, yakni Desa Patoman. Karena itulah, setiap tanggal 2 Juli, Pemerintah Desa Patoman mengadakan serangkaian acara Tasyakuran untuk memperingati hari jadinya, yang kini telah berusia 22 Tahun.
Menuju Kampung Digital 2025
Pada pukul 19.00 WIB, acara Tasyakuran HARAPAN ke 22 dilaksanakan di Pendopo Kantor Desa Patoman. Sebanyak 130 undangan perwakilan masyarakat Desa Patoman tengah memadati Pendopo. Acara diisi dengan sambutan Kepala Desa, pembacaan Tahlil dan doa lintas agama, yakni dari tokoh agama Islam, Hindu dan Budha, diakhiri dengan pemotongan Tumpeng.
Dalam sambutannya, Kepala Desa Patoman, Drs. Suwito menjelaskan sejarah singkat lahirnya Desa Patoman hingga saat ini menjadi Desa Kebangsaan dan Kampung Pancasila, pencapaian pembangunan fisik dan sumberdaya manusia, serta inovasi-inovasi pelayanan publik yang akan dijalankan.
“Pada Tahun 2023 kemarin, Pemerintah Desa Patoman telah mencanangkan sebagai Desa Lengkap, yakni Desa yang seluruh atau sebagian besar bidang tanahnya telah bersertifikat Hak Milik dengan mengikuti program PTSL. Dengan begitu, akan dapat menekan tingkat konflik agraria antar sesama Warga Desa Patoman,” demikian Pak Kades menyampaikan keberhasilannya melaksanakan Visi Utamanya yakni melaksanakan Program PTSL di Desa Patoman.
Lebih lanjut, Pak Kades Suwito menambahkan “Patut disyukuri, program PTSL Desa Patoman saat ini telah mencapai tahap akhir. Kemungkinan besar pada akhir tahun ini sudah selesai dan Desa Patoman benar-benar telah berhasil menjadi Desa Lengkap, dengan semua bidang tanahnya telah bersertifikat dan jelas pemiliknya.”
“Pada awal Tahun 2024,” Pak Kades melanjutkan, “Pemerintah Desa Patoman telah mencanangkan Desa Patoman sebagai Kampung Digital di Tahun 2025. Progress ke arah sana sudah mulai Kami rintis. Nantinya, pelayanan administrasi kependudukan dan surat-menyurat lainnya, tidak lagi mengharuskan Warga datang ke Kantor Desa. Tapi cukup melalui HP masing-masing. Jika surat yang Bapak Ibu inginkan telah selesai, Bapak Ibu tidak perlu datang mengambil ke Kantor Desa, Kami yang akan mengantarkannya ke rumah Bapak Ibu semua,” diiringi gemuruh tepuk tangan warga yang hadir.
“Oleh karena itu, mohon doa dan dukungan semua elemen masyarakat agar Desa Patoman ke depannya semakin baik dan bermanfaat. Mari kita terus jaga dan lestarikan kerukunan dan persatuan, agar Desa Patoman semakin kondusif, rukun, aman, damai dan sejahtera,” demikian Pak Kades mengakhiri sambutannya.
Acara diakhiri dengan doa lintas agama, pemotongan tumpeng dan ramah tamah. Tepat pukul 20.30 WIB acara selesai dan satu per satu hadirin mulai meninggalkan Kantor Desa. (Lukman Hadi – Jurnalis Desa)